Berkeliling Jawa Timur (part 2)

Berfoto dengan Mbak Eva di kantor perwakilan Bisnis Indonesia Surabaya

Banyak yang bilang Surabaya itu tak jauh berbeda dengan Jakarta. Kemacetan dimana-mana hampir pasti terjadi, khususnya jika sudah dibawah pukul 2 siang. Hal ini pun kami alami. Surabaya memang tak jauh berbeda dari Jakarta. Udara kering dan panas selalu menyelimuti perjalanan kami di sana. Ketika pertama kali menginjakan kaki pun di sanan, kami langsung disuguhkan pemandangan pusat perbelanjaan dan perkantoran, mirip daerah Sudirman, Jakarta. Begitu banyak Mall disana dan jaraknya pun satu sama lain berdekatan.

Karena kondisi lapar dan kami harus mencari hot spot agar dapat browsing mencari kecamatan yang kami tuju serta hotel-hotel daerah sekitar, akhirnya kami memutuskan beranjak ke salah satu pusat perbelanjaan. Tidak berapa lama tertera list beberapa hotel yang dapat dihubungi. Terus terang Kami pun bergembira hati, namun sayang kegembiraan itu pun sirna. Berkali-kali kami menelepon hotel, berkali-kali pula kami harus kecewa. Semua hotel yang kami hubungi full book semua.

Foto Bareng dengan Mbak Eva

Hingga akhirnya kami mendapatkan hotel murah yang berkualiltas. Akhirnya setelah tanya sana-sini ditemukanlah hotel yang dimaksud. Kami menginap di Fave Hotel. Uniknya hotel ini tidak berbentuk seperti hotel, namun seperti pertokoan. Untuk registrasi hotel di lobby nya pun kami harus ke lantai 3 terlebih dahulu dimana lobby itu berada. Dengan warna putih dan pink yang mendominasi desain hotel, tampak unsur romantisme benar-benar ingin diperlihatkan pemilik hotel secara gamblang tanpa tedeng aling lagi. Setelah check in, kami dipandu menuju kamar masing-masing. Setiap pintu hotel masih di dominasi warna putih dan pink dengan nomor kamar pun berwarna pink.

Keunikan hotel ini tidak sampai disitu saja, ketika kami telah sampai di kamar pun kami mengetahui kamar mandi yang biasanya tertutup, di hotel itu hanya dibatasi kaca tembus pandang. Dengan demikian, seandainya ada yang mandi akan terlihat jelas dari luar kamar mandi. Untungnya ada tirai yang bisa di tarik ke bawah menutupi kaca transparan itu. Tidak sampai disitu saja, di depan kamar mandi pun ada kaca yang memantulkan ruangan mandi dari tempat tidur Dengan kata lain, kami bisa melihat secara langsung pantulan cermin dari kamar mandi dari tempat tidur kami berada.

Salah arah, tetapi foto-foto dengan background jembatan Suramadu

Dengan tarif yang terjangkau serta penataan cahaya yang beragam membuat hotel ini dapat membangkitkan fantasi seseorang. Penataan lampu bertingkat-tingkat dari samar-samar, redup, agak terang, hingga sampai terang sekali semakin menambah kesan cozy bagi pengunjung hotel. Lebih uniknya ada pintu kamar belakang hotel di ujung koridor yang dapat siapa saja lewat dengan bebas langsung ke tempat parkir tanpa terlilhat karyawan hotel. Beruntung juga bagi yang memiliki dana tipis, hotel ini dapat disewa kamarnya hanya untuk 6 jam saja, tidak 24 jam layaknya hotel biasa. Meski begitu, hotel ini sangat nyaman, bahkan wifi pun dapat diakses langsung dari kamar, padahal dari sejumlah hotel yang kami tempati wifi umumnya dapat diakses lewat hotel saja.

Tiang Penyangga jembatan Suramadu

Mengenai survey yang kami lakukan di daerah Surabaya, tak jauh berbeda dengan kota-kota lainnya baik metode maupun pengerjaannya. Karena posisinya bersebelahan dengan Sidoarjo, maka kecenderungan kami melakukan survey bolak-balik antara Surabaya dan Sidoarjo. Tak disangka kabar buruk menghampiri kami. Uang alokasi semakin menipis dan mau tidak mau kami harus meminta bantuan dari pusat. Selain itu jumlah 7 hari yang ditargetkan harusnya selesai, tidak bisa kami penuhi. Mau tidak mau kami harus menambah jumlah hari. Belum sampai disitu kabar buruknya, driver mobil kami tidak dapat mengantarkan kami hanya sampai Jumat (8/7) malam saja. Kembali kami harus mengatur strategi baru bagaimana mengatasi permasalahan yang menghadang di depan kami ini.

Depan pintu gerbang tol Madura menuju Surabaya

Setelah bernegosiasi panjang, driver kami akhirnya turut serta membantu kami dalam mencari responden. Kebetulan beberapa tahun dia tinggal di daerah Surabaya, hingga cukup hafal tentang kondisi jalan daerah sini. Kenalan dan saudaranya pun banyak, jadi kami sangat terbantu sekali. Untuk daerah Sidoarjo, temannya Maul, Nika ikut dengan kami. Dia memiliki kenalan di kecamatan yang kami tuju. Kembali lagi kami terbantu oleh mereka. Jika tidak mungkin butuh dua hari kami berada di situ. Untungnya dengan sistem drop and away yang kami lakukan  berjalan melebihi ekspektasi. 1 malam kami di Surabaya, 1 malam selanjutnya di Sidoarjo dapat terkumpul total 60 responden dari kedua kota tersebut. Namun kejadian na’as menghampiri kami ketika berkeliling di Surabaya. Karena terburu-buru mengejar target dan hari, mobil yang kami sewa terserempet mobil lain. Karena kondisi ramai di jalan, kami lihat kondisi mobil baik-baik saja saat itu. Baru tersadar bengkok setelah kami beristirahat dan mengecek kembali spot mobil yang terserempet. Di situ baru kami ketahui betapa parah bengkoknya. Namun nasi telah jadi bubur, mau tidak mau kami juga harus bertanggung jawab terhadap musibah itu.

Pantai New Kuta Beach, Bali

Selesai kedua daerah itu, saatnya kami bertolak ke kota terakhir, Banyuwangi. Mengingat supaya semuanya dapat terpenuhi, baik bagi driver ataupun kami, maka kami sepakat untuk sesegera mungkin ke banyuwangi pada malam itu juga. Jam 10 kami mulai bertolak di Banyuwangi. Perjalanan diperkirakan paling cepat 6-8 jam. Kondisi jalan tidak sebagus daerah-daerah sebelumnya. Apalagi jalur yang akan kami lewati sering dilewati truk truk besar yang hilir mudik membawa barang. Bisa ditebak bagaimana kondisi jalan jika setiap harinya harus menampung truk-truk bermuatan besar itu. Setelah mengisi bahan bakar perut dan bahan bakar mobil, kami bersiap berangkat pada malam itu juga. Lupakan mengenai bermalam di hotel, yang ada kami bermalam di mobil. Sementara sang driver terus mengendarai mobilnya bergantian dengan temannya. Sesekali kami berhenti di pom bensin. Itu pun untuk mengisi bahan bakar atau pun ke toilet.

Suasana di New Kuta Beach (Dreamland), Bali
Patung Wisnu Kencana

Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Begitu pun driver kami, setelah berkeliling seharian putar-putar Surabaya dan Sidoarjo, kelelahan mulai tampak pada mereka. Kami pun berhenti di pom bensin untuk tidur sejenak meregangkan urat-urat syaraf yang telah kaku.Rasa kantuk yang sangat membuat kami tidak perlu pikir-pikir lama untuk tidur di mushola pom bensin itu. Bentuk mushola pun tidak tertutup, namun terbuka. Udara dingin jelas sekali dengan cepat mencubit-cubit kulit kami. Kami baru tersadar ketika jam menunjukan pukul 3 lewat. Kembali kami meneruskan perjalanan. Hingga pagi hari menjelang baru kami berhenti kembali di sebuah pom bensin di perbatasan kota Banyuwangi. Karena direncanakan pada pagi itu juga kami langsung survey, maka kami menyempatkan diri untuk bersih-bersih di pom bensin terdekat. Tidak ada handuk pun, pakaian pun kami jadikan handuk agar badan kami cepat kering dan dapat melakukan survey seperti sebelumnya.

Foto bersama dengan tim survey Jawa Timur di depan patung Garuda Wisnu Kencana Bali
Menikmati deburan arus Dreamland

Memasuki kota Banyuwangi, kami mencari tempat makan terlebih dahulu. Warteg di pinggiran jalan akhirnya menjadi pilihan kami. Tanpa lupa memesan kopi dan teh hangat, kami pun mulai merencanakan dan bertanya-tanya arah kecamatan yang kami tuju kepada warga setempat. Lagi-lagi keberuntungan menyertai kami. Warga banyuwangi mudah didekati dan mau dijadikan responden. Sejak pagi hingga sore hari akhirnya kami dapat menyelesaikan survey di kota itu. Pertanyaan selanjutnya, apakah kami akan menginap di Banyuwangi atau kah di Bali? Saya dan Maul bersepakat untuk menyeberang saja pada malam itu. Lagi pula baik keesokan harinya atau pun malam itu dipastikan kami akan menyeberang ke Bali. Bukan apa-apa. Jika kami bertolak kembali ke Surabaya untuk terbang ke Jakarta dari sana akan memakan waktu kurang lebih 6-8 jam seperti kami dari Surabaya. Namun jika bertolak ke Jakarta dari bandara Ngurah Rai, Bali hanya memakan waktu 4 jam saja. Secara logika, dengan keletihan selama beberapa hari terakhir dan sebagai relaksasi setelah kerja selama eberapa hari, akhirnya kami memutuskan ke pelabuhan Ketapang dan menyeberangai selat Bali ke pelabuhan Gilimanuk. Welcome Bali.

4 comments

  1. […] Banyak hal yang dapat menginspirasi saya dalam membuat tulisan. Pengalaman-pengalaman pribadi atau pun pengalaman orang lain pun bisa menjadi inspirasi bagi diri saya pribadi. Pernah sekali ada teman yang mengeluhkan sahabatnya dan dia merasa dibohongi oleh sahabatnya itu. Lagi-lagi secara tiba-tiba saya ingin menulis tentang hal itu dan saya tuangkan dalam tulisan Persahabatan. Itu dari pengalaman orang lain, dari pengalaman-pengalaman pribadi pun seringkali menjadi inspirasi tulisan. Biasanya berupa catatan perjalanan, seperti tulisan Pengalaman Mistikal Kami di Batu Raden (True Story), Gank Vacaction ke Situ Gunung, Berkeliling Jawa Timur (part 1), dan Berkeliling Jawa Timur (part 2). […]

Tinggalkan Balasan ke Inspirasi « [::Sebuah Pemikiran Belaka::] Batalkan balasan